Puasa yang disyari'atkan

Puasa yang disyari'atkan adalah puasanya
anggota badan dari dosa-dosa, dan puasanya perut dari makan dan minum. Sebagaimana makan dan minum membatalkan dan merusak puasa, demikian pula halnya dengan dosa-dosa, ia memangkas pahala puasa dan merusak buahnya, sehingga memposisikan pada kedudukan orang yang tidak berpuasa.

Karena itu, yang benar-benar berpuasa adalah orang yang puasa segenap anggota badannya dari melakukan dosa-dosa; lisannya berpuasa dari dusta, kekejian dan mengada-ada, perutnya berpuasa dari makan dan minum, kemaluannya berpuasa dari bersenggama.

Bila berbicara, ia tidak berbicara dengan sesuatu yang melukai puasanya, bila melakukan suatu pekerjaan ia tidak melakukan sesuatu yang merusak puasanya. Ucapan yang keluar daripadanya selalu
bermanfaat dan baik, demikian pula dengan amal perbuatannya. Ia laksana wangi minyak kasturi, yang tercium oleh orang yang bergaul dengan pembawa minyak tersebut, itulah metafor (perumpamaan) bergaul dengan orang yang berpuasa, ia akan
mengambil manfaat dari bergaul dengannya, aman dari kepalsuan, dusta, kejahatan dan kezhaliman. Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan:

“Dan sesungguhnya bau mulut orang puasa itu lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kesturi.”


Inilah puasa yang disyari'atkan. Tidak sekedar menahan diri dari makan dan minum. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya). Dalam hadits lain dikatakan:

“Betapa banyak orang puasa, bagian dari
 puasanya (hanya) lapar dan dahaga.”
 (HR. Ahmad,hadits hasan shahih)(45).



SEBAB-SEBAB AMPUNAN DI BULAN RAMADHAN



Dalam bulan Ramadhan, banyak sekali sebabsebab turunnya ampunan. Di antara sebab-sebab itu adalah:


1. Melakukan puasa di bulan ini. 

Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq alaih).


2. Melakukan shalaat tarawih dan tahajjud didalamnya. 

Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa melakukan shalat malam pada
bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosadosanya yang telah lalu .” (Muttafaq alaih).


3. Melakukan shalat dan ibadah di malam Lailatul Qadar. Yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Ia adalah malam yang penuh berkah, yang di dalamnya diturunkan Al Qur'anul Karim. Dan pada malam itu pula dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa melakukan shalat di malam
Lailatul Qadar karena iman dan mengharap
pahala dari Allah, niscaya diampuni dosadosanya yang telah lalu .” (Muttafaq alaih).



4. Memberi ifthar (makanan untuk berbuka) kepada orang yang berpuasa. 

Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang di dalamnya (bulan
Ramadhan) memberi ifthar kepada orang
berpuasa, niscaya hal itu menjadi (sebab)
ampunan dari dosa-dosanya,
dan pembebasan dirinya dari
api neraka.” ( HR. Ibnu Khuzaimah (46), Al-Baihaqi dan lalinnya).


5. Beristighfar. Meminta ampunan serta berdoa ketika dalam keadaan puasa, berbuka dan ketika makan sahur. Doa orang puasa adalah mustajab (dikabulkan), baik ketika dalam keadaan puasa ataupun ketika berbuka. Allah memerintahkan agar kita berdoa dan Dia menjamin mengabulkannya. Allah berfirman:

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada- Ku, niscaya Aku mengabulkannya untukmu.” (Ghafir: 60).


Dan dalam sebuah hadits disebutkan:

“Ada tiga macam orang yang tidak ditolak
doanya; di antaranya disebutkan, “orang yang berpuasa hingga ia berbuka.” (HR. Ahmad, At- Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah).”

Karena itu hendaknya setiap muslim
memperbanyak dzikir, do’a dan istighfar di
setiap waktu, terutama pada bulan Ramadhan. Ketika sedang berpuasa, berbuka dan ketika sahur, di saat Allah turun di akhir malam. Nabi bersabda:

“Tuhan Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun pada setiap malam ke langit dunia, yaitu ketika masih berlangsung sepertiga malam yang akhir seraya berfirman: “Barangsiapa berdoa kepada- Ku niscaya Aku kabulkan untuknya, memberinya dan barangsiapa memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya.” (HR. Muslim).


6. Di antara sebab-sebab ampunan yaitu istighfar (permohonan ampun) para malaikat untuk orang-orang berpuasa, sampai mereka berbuka. Demikian seperti disebutkan dalam hadits Abu Hurairah di muka, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Jika sebab-sebab ampunan di bulan Ramadhan demikian banyak, maka orang yang tidak mendapatkan ampunan di dalamnya adalah orang yang memiliki seburuk-buruk nasib. Kapan lagi ia mendapatkan ampunan jika ia tidak diampuni pada bulan ini? Kapan dikabulkannya permohonan orang yang ditolak pada saat Lailatul Qadar? Kapan akan baik orang yang tidak menjadi baik pada bulan Ramadhan?

Dahulu, ketika datang bulan Ramadhan, umat
islam senantiasa berdoa:

“Ya Allah, bulan Ramadhan telah menaungi kami dan telah hadir maka serahkanlah ia kepada kami dan serahkanlah kami kepadanya. Karuniailah kami kemampuan untuk berpuasa dan shalat di dalamnya,
karunilah kami di dalamnya kesungguhan, semangat, kekuatan dan sikap rajin. Lalu lindungilah kami di dalamnya dari berbagai fitnah.”

Mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar bisa mendapatkan bulan Ramadhan, dan selama enam bulan berikutnya mereka berdoa agar puasanya
diterima. Di antara doa mereka itu adalah:

“Ya Allah, serahkanlah aku kepada bulan
Ramadhan, dan serahkanlah Ramadhan kepadaku, dan Engkau menerimanya daripadaku dengan rela(47).”



Adab puasa:

Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu-,
bahwasanya puasa tidak sempurna kecuali dengan merealisasikan enam perkara:

Pertama: Menundukkan pandangan serta
menahannya dari pandangan-pandangan liar
yang tercela dan dibenci.

Kedua : Menjaga lisan dari berbicara tidak karuan, menggunjing, mengadu domba dan dusta.

Ketiga : Menjaga pendengaran dari mendengarkan setiap yang haram atau tercela.

Keempat: Menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.

Kelima : Hendaknya tidak memperbayak makan.

Keenam: Setelah berbuka, agar hatinya antara takut dan harap. Sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima, sehingga ia termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah, ataukah ditolak, sehingga ia termasuk orangorang yang dimurkai. Hal yang sama hendaknya ia lakukan pada setiap selesai melakukan ibadah(48).



Ya Allah, jadikanlah kami dan segenap umat islam termasuk orang yang puasa pada bulan ini, yang pahalanya sempurna, yang mendapatkan Lailatul Qadar, dan beruntung menerima hadiah dari- Mu. Wahai Dzat Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.


Semoga shalawat dan salam dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan segenap sahabatnya.



BER5AMBUN6 IN5YA ALLAH..



Catatan Kaki:

(45) Dan ia menshahihkan hadits ini.

(46) Dan ia menshahihkan hadits ini.

(47) Lihat Lathaiful ma'arif oleh Ibnu Rajab, hlm. 196-197.

(48) Lihat Mauizhatul Mukminin min Ihya’ ulumuddin, hlm. 59-60.








Sesungguhnya seorang mukmin bila berbuat dosa, maka akan (timbul)
satu titik noda hitam di hatinya. Jika ia bertaubat, meninggalkan
(perbuatan tersebut) dan memohon ampunan (kepada Allah), maka hatinya
kembali bersih. Tetapi bila menambah (perbuatan dosa), maka bertambahlah
noda hitam tersebut sampai memenuhi hatinya.

Maka itulah arraan (penutup hati) yang telah disebutkan Allah dalam firmanNya :



"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan itu menutup hati mereka." (QS Al Muthaffifin:14).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar