Tim pemula yang penulis maksud disini adalah tim-tim yang mungkin
baru terbentuk atau masih memiliki kemampuan vokal dan performance yang
rendah. Sebagai seorang pengurus ANN Jateng, yang sering ngantor di ANN
rumah kita (Jalan Ngesrep Timur IV No. 18 , lho kok jadi promosi he he),
penulis tentu sering berjumpa dengan berbagai macam tim nasyid binaan
ANN Jateng baik dari segi umur tim, branding tim, ataupun genre nya.
Entah itu untuk keperluan latihan, koodinasi tampil, dan sebagainya.
Beberapa di antaranya dikategorikan Tim nasyid pemula. Istilahnya Alief
(staf diklat ANN Jateng), masih level 1 he he. Berdasarkan interaksi
tersebut, penulis mendapatkan beberapa tips yang bisa di share buat
munsyid atau pelatih yang kebetulan melatih tim pemula.
1. Pilih Lagu yang Sederhana
Seringkali
pelatih atau tim terjebak dengan hasrat ingin cepat bagus. Biasanya
mereka memilih lagu-lagu yang bagus dari tim nasyid senior, namun
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Sebagus apapun materi personil,
tentu butuh proses agar mereka bisa menyanyikan lagu-lagu yang sulit.
Jika lagu yang sulit tetap dipaksakan, maka besar peluang lagu tersebut
akan kurang maksimal dibawakan tim tersebut. Selain itu, tim akan
berkutat dalam waktu yang lama menggarap lagu ini (karena gak jadi-jadi
he he). Kalau sudah begitu, pertengkaran-pertengkaran internal tim
atau futur (baik pelatih maupun munsyidnya) akan rawan terjadi. Wuih,
bahaya kan? Sebagai contoh lagu sederhana, misalnya ABG (JV), Pagi
Ramadhan (Snada), Benteng Kebenaran (Izzatul Islam), Gantole (Gradasi),
pembaca mungkin punya contoh yang lain? Yang jelas sesuaikan dengan
kemampuan tim. Makin rendah kemampuan tim, mereka harus memulai dari
lagu yang sesederhana mungkin.
2. Buat Aransemen Sesimpel Mungkin
Sering penulis temui beberapa munsyid terlihat tidak begitu antusias
jika aransemen lagu yang mereka bawakan terkesan (lebih tepatnya
dikesankan) simpel menurut mereka. Penulis pernah menemui sebuah tim
yang sebetulnya berbakat tapi masih baru. Suatu ketika mereka mencoba
latihan sebuah lagu dengan aransemen acapella yang sedikit jazz/bosas,
namun setelah berulang kali dibawakan hasilnya tetap kurang maksimal
(karena memang belum saatnya bagi tim tersebut membawakan aransemen yang
rumit). Akhirnya, suatu hari Divisi Diklat ANN Jateng mencoba membuat
aransemen acapella lagu tersebut lebih ringan buat sang tim. Tak
dinyana tim tersebut malah lebih mampu tampil maksimal dengan aransemen
ringan. Simpel bukanlah hal yang hina. Menurut penulis, adalah hal
yang biasa jika sebuah tim tampil memukau dengan lagu yang memerlukan
teknik vokal yang tinggi atau aransemen yang rumit. Tapi, adalah hal
yang luar biasa jika tim tampil memukau, namun dengan lagu yang simpel.
Sebuah tim di Jateng malah menjadikan simpel sebagai branding mereka.
Yang jelas, mau aransemennya rumit atau simpel, yang terpenting pesan
lagu tersebut tersampaikan
3. Latih Performance plus Ekspresi
Seorang pelatih ANN Jateng menyatakan, bagus tidaknya sebuah tim nasyid
itu terlihat dari 50 % vokal dan 50 % performance. Bahkan, dalam
kompetisi Nasional sebesar FNPI (Festival Nasyid Pemuda Indonesia),
untuk penyisihan zona, kategori peniaiannya terdiri dari 4: Vokal,
Aransemen, Ekspresi, dan Performance (koreo, kostum, kekompakan pas
tampil dsb) dengan proporsi yang sama. So, gak ada salahnya jika tim
pemula juga melatih hal ini. Melatih performance bisa menjadi obat anti
mati gaya dan demam panggung juga lho. Mungkin karena sudah terbiasa
tampil dengan ekspresi dan perform saat latihan, maka tim tidak perlu
menjadi zombie karena kaku ketika penampilannya. Untuk tim Haroki,
latihan ekspresi semangat, sedih, marah, bisa menjadi bekal yang
penting. Gak seru kan, kalau tim bermaksud membuat penonton sedih dan
trenyuh dalam lagu palestina, tapi yang ada malah penonton senyum-senyum
karena pandangan grogi dan kosong tim saat menyanyi.
4. Sabar
“Kalau baru keluar dari kepompong, jangan terbang terlalu jauh.”
Kata-kata itu keluar saat seorang pelatih ANN melatih tim binaannya yang
baru menjadi kupu-kupu muda. Buat tim-tim baru, pilihlah event-event
yang sifatnya masih ringan, sehingga ketika gagal, gagalnya tidak begitu
fatal. Jangan dulu coba-coba tampil di walimahan atau hotel, jika
kemampuan belum mencukupi. Bisa ditebak hasilnya akan memalukan dan
menjadi kenangan seumur hidup (ini beneran lho :)) Tunggu dan bekerja
keraslah, sehingga mampu menjadi kupu-kupu yang memiliki sayap yang
kuat. Dari segi pasar, begitu tim melakukan kegagalan yang fatal, pasar
eksklusif akan segera mem-blacklist tim tersebut. Kan kasihan, peluang
dakwahnya jadi berkurang.
Buat pelatih yang melatih tim baru, sabar
bisa jadi begitu dahsyat. Kesalahan-kesalahan, kemalasan-kemalasan,
dan kegagalan-kegagalan adalah hal yang biasa dalam tim baru. Jika
pelatih bersama timnya bisa melalui fase ini, maka Insya Allah tim akan
bisa lebih tegar dan eksis.
5. Siapkan Banyak Amunisi
Penulis sangat senang ketika seorang munsyid dari tim pemula bertanya
“Mas, sirine yang ditiup oleh tim A itu apa ya? Fungsinya buat apa?”
Usut punya usut ternyata yang dimaksud munsyid tadi adalah stand flute,
yang berfungsi untuk mencari dan mengingatkan nada dasar. Tim pemula
sebaiknya memiliki alat-alat pembantu latihan seperti standflute,
kastanyet (buat mengatur tempo. Bentuknya dua buah bundaran plastik
kecil, terlihat seperti kerang, yang bisa dibenturkan, sehingga
menghasilkan bunyi ‘tuk’), dan yang lain. Selain itu, Ada banyak sekali
artikel belajar bernasyid, belajar menguasai alat bantu seperti gitar
dan keyboard merupakan amunisi yang akan sangat membantu proses
berkembang tim. Pengalaman penulis menjadi pemandu sebuah tim, biasanya
munsyid yang bisa bermain gitar/alat musik, melatihnya lebih mudah
dibanding yang tidak. Buat tim pemula dan pelatihnya selamat mencoba.
Tetap semangat dan ditunggu sharenya ^_^
(FRM_divisi Media ANN Jateng)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
terimakasih ya. postingan ini sangat membantu buat saya yang sedang melatih nasyid acapella...
wah keren mantap maju jaya terus yas eep
Posting Komentar