Ku pilih hijabku Karya: Okta Indriyanih

Aku adalah pelajar di sekolah menengah atas negri di Jakarta. Aku baru kelas X. Namaku Jihan Talita Ulfa di sekolah negri ini aku mempunyai teman-teman yang baru dan beragam entah itu warna kulit, sifat dan agama. Teman-temanku di SMAN ini adalah Salsha Bela, dan Vivi mereka baik dan cantik seagama denganku. Agamaku Islam tapi diantara mereka hanya akulah yang berhijab, terkadang imanku belum terlalu kuat melihat mereka yang tergerai rambut hitam panjang dan halus. Sementara aku di balut dengan kain hijab. Aku pernah berfikir bagaimana kalau aku melepas hijabku sahabat-sahabatku. Tapi niat itu aku buang jauh-jauh sampai pada akhirnya pada suatu saat sahabat-sahabat ku itu menyuruhku den melepaskan hijabku “kamu kalau tidak berhijab lebih bagus” kata sahabatku. Aku hanya terdiam dan berfikir “iya juga ya” tapi aku coba tidak mengikuti kata-kata sahabatku. Aku coba memotong pembicaraan mereka engan topik yang lain.
Dan pada suatu saat aku mulai menaruh rasa pada seseorang pria yang ku suka katanya sih namanya Ruben. Aku juga trus memperhatikannya setiap saat sampai akhirnya aku tahudari sahabat ku bahwa dia beragama kristen. Dan dia tidak suka wanita berhijab pada saat itu aku kecewa dan hanya bisa terdiam tapi, sahabat ku bilang “ kalau kamu mau membuka hijab mu munkin dia akan suka pada mu” dan ternyata benar Ruben juga suka pada ku asalkan aku membuka hijab ku di saat itulah aku berada pada titik yang bingung antara ya atau tidak. Saat aku berada di kamarku ibuku datang menghampiriku dan bertanya “kamu kenapa nak?” tanya ibu. “Aku bingung bu sahabatku menyuruh aku membuka hijabku dan seseorang yang aku suka juga sama” jawabku “nak apakah kau nyaman dengan menutup aurat dan di balut dengan kain yang indah yang menutupi kepalamu?” tanya ibu. “Tentu saja bu, aku sangat nyaman dan hati kecilku bilang begitu” jawab ku “jika kamu nyaman dan hati kecilmu berkata seperti itu mengapa kau dengarkan sahabatmu, nak sahabat yang baik adalah sahabat yang membenarkan mana yang baik dan tidak menjerumuskan pada yang dosa! Menutup aurat itu kan wajib bagi muslimah dan pria yang kamu suka itu bukan pria yang baik karena dia hanya cinta dengan kecantikan kamu bukan akhlak mu nak! Jadi jangan pernah kau lepaskan hijabmu” kata ibu. Aku tersadar oleh kata-kata ibu ku “ makasih bu, sekarang aku tau dan memutuskan tidak akan pernah ku lepaskan hijabku sebagai seorang muslimah. Aku lebih memilih hijabku dari pada pria yang menyuruh melepaskan hijabku” jawabku.
Pada saat itu aku tidak lagi suka dengan cowo itu lagi pula tugasku saat ini belajar dan aku tidak pernah mendengarkan seseorang yang menyuruhku melepaskan hijabku meskipun itu sahabatku sendiri !!


 

            Suatu hari ada seorang gadis yang bernama Sinta. Sinta berasal dari keluarga yang sederhana. Sinta adalah gadis yang taat akan agama, orang tua Sinta selalu mengajarkan agama kepada Sinta. Sinta sekolah di SMA Negri 2 jakarta, Sinta dikenal sebagia murid yang baik dan pintar. Sinta mempunyai banyak teman di sekolah. Semua teman Sinta suka dengan sikap Sinta yang baik hati.
            Suatu hari ada anak baru di sekolah yang bernama Lila. Lila berasal dari keluarga yang kaya raya. Lila gadis yanmg belum mengenal agama dan Lila juga terkenal sebagai murid yang nakal di sekolah dulu. Dari kecil Lila tidak diajarkan agama oleh papah dan mamahnya, karena papah dan mamahnya sibuk bekerja. Baru beberapa hari sekolah Lila sudah sering membuat kesalahan, sampai orang tuanya di panggil ke sekolah.
            Saat sinta melihat Lila, Sinta merasa kasihan dengan Lila. Menurut Sinta Lila sebenarnya orang yang baik, hanya saja pergaulan Lila yang salah selain itu Lila juga kurang mendapat kasih sayang orang tuanya. Sinta ingin mendekati Lila dan ingin menjadi teman Lila yang baik yang bisa mendengarkan isi hati Lila. Sebaliknya Lila tidak suka dengan Sinta menurutnya Sinta itu orangnya suka pamer tentang agama. Lila juga iri dengan Sinta yang suka dipuji oleh guru-guru dan teman-temannya. Walau Lila tidak suka dengan Sinta tetapi Sinta terus berusaha mendekati Lila.
            Suatu ketika Sinta di suruh membaca Al-Qur’an oleh guru agamanya, Lila mendengar Sinta membaca Al-Qur’an dan tiba-tiba hati Lila terasa tersentuh oleh bacaan Al-Qur’an Sinta. Akhirnya Lila pun mulai mau berteman dengan Sinta. Lila mulai sadar apa yang ia lakukan kepada Sinta itu salah dan Lila juga mulai tertarik pada untuk belajar agama lebih dalam seperti sinta.
            Sinta mengajak Lila kerumahnya. Dirumah Sinta Lila bertemu dengan ibu dan ayahnya Sinta. Ayah dan ibu Sinta sangat baik kepada Lila, dan disana Lila juga dianjurkan mengaji oleh ayah Sinta. Lila senang bisa bertemu dengan keluarga Sinta yang sangat baik. Sekarang Lila sudah mulai berubah menjadi seorang gadis yang baik dan taat agama seperti Sinta. Lila sudah mulai bisa membaca Al-Qur’an dan sudah mulai mau mengajarkan sholat fardu lima waktu. Orang tua Lila tidak menyadari perubahan sikap Lila, karena meraka sibuk kerja.
            Suatu ketika saat azan Magrib berkumandang dan saat papah dan mamah Lila sedang sibuk mengerjakan pekerjaan kantor dirumah. Lila mengajak papah dan mamahnya untuk sholat Magrib berjama’ah. Tapi ternyata papah dan mamahnya menyuruh Lila sholat sendiri. Saat disekolah Lila cerita kepada Sinta dan Lila meminta pendapat kepada Sinta. Sinta sebagai teman Lila hanya bisa mendengarkan dan berpendapat agar Lila selalu mengingatkan kedua orang tuanya untuk beribadah.
            Saat papah dan mamahnya pulang dari kantor dan saat itu terdengar pula suara azan Isya berkumandang. Lila kembali mengajak papah dan mamahnya sholat Isya berjama’ah. Dan lagi-lagi papah dan mamahnya tidak mau sholat berjama’ah dengan alasan masih cape karena baru pulang dari kantor. Lila akhirnya sholat Isya sendiri dan selesai sholat Isya sendiri dan selesai sholat Lila tak lupa mendoakan yang terbaik untuk kedua orang tuanya dan Lila juga meminta agar mereka bisa sholat berjama’ah. Saat itu pula papah dan mamah Lila mendengar doa Lila.
            Akhirnya papah dan mamahnya Lila sadar bahwa selama ini mereka telah lalai dalam urusan agama yang akan menjadi bekal kita diakhirat. Mereka selama ini hanya mementingkan pekerjaan didunia, dan mereka juga sadar selama ini mereka sudah mengabaikan Lila anak tunggal mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar